Surat Cinta Buat ukhti Fauziah
Surat Cinta Buat ukhti Fauziah
Jadikan ghadhul bashor sebagai hiasan mata, niscaya akan semakin bening dan jernih karena terpoles dengan manisnya iman
Oleskan lisptik kejujuran pada bibir, niscaya akan bertambah manislah senyumanmu
Gunakan pewarna pipi dengan kosmetik yang terbuat dari rasa malu dan salon iman,
Pakailah sabun istiqhfar yang dapat menghilangkan kuman dan noda kesalahan
Rawatlah rambutmu dengan jilbab islami yang akan menghilangkan ketombe pandangan laki-laki yang membahayakan
Hiasilah kedua tanganmu dengan gelang tawadhu dan hiasi jari-jarimu dengan cincin ukhuwah, dan sebaik-baiknya kalung yang dikenakan adalah kalung kesucian
Bedakilah wajah dengan air wudhu, niscaya akan bercahaya di akhirat dan kemudian gunakanlah parfum yang berasal dari akhlaq islam di seluruh tubuhmu, niscaya akan semakin harum imanmu……
Ukhti karim….itulah baris-baris mutiara kata dari seorang akhwat yang terkirim lewat SMS beberapa waktu lalu. Ukhti perguliran waktu begitu cepat, usia semakin bertambah, ukhti memasuki periode kehidupan baru, orang menyebutnya kehidupan remaja, tak terasa memang,,.dulu ukhti disapih orang tua dengan kasih sayang dan kini telah tiba waktunya engkau “dilepas” menuju kehidupanmu sendiri. Padahal, sekarang ini semakin banyak wanita-wanita yang mengumbar auratnya, bebas bergaul tanpa ada batasan antara laki-laki dan perempuan, renungkanlah ukhti, engkau hidup di akhir zaman…maka berhati-hatilah.
Ukhti, sekarang engkau mulai bergelut dengan dunia luar, sebuah kehidupan yang penuh dengan interaksi, friksi serta aneka ragam perilaku dan kepribadian. Kehidupan yang terkadang sangat kejam dan tidak ramah yang membuat engkau meski bertahan dari segala ancaman dan tantangan yang akan menghadang baik langsung maupun tidak langsung.
Memang sekarang ini adalah era yang banyak ahli menyebutnya sebagai era teknologi dan informasi, dimana semua fasilitas kehidupan dapat diraih yang terkadang membawa berbagai manfaat bagimu, namun pula bisa menjadi ancaman bagimu. Pergaulan makin bebas, norma dan etika semakin memudar, menggambarkan kehidupan yang semakin individualistis, penghormatan dan penghargaan seseorang berdasarkan status sosial dan semakin “susah” mencari orang yang ikhlas.
Sebuah era yang penuh dengan kepalsuan, manis dibibir namun dibelakang mereka saling menikam, saling menjegal bahkan pembunuhan sudah menjadi kebiasaan yang hampir sama dengan zaman jahiliyah. Sayangnya, mereka tidak mau disebut jahiliyah, padahal mereka benar-benar telah jahil.
Ukhti muslimah…
Ketika kedipan mata dan hembusan nafas yang keluar dari tubuh, kita tak pernah tahu apakah masih ada kesempatan untuk sekali lagi mengedipkan mata dan menghembuskan nafas. Bahkan kita tak bisa menjamin pada diri sendiri untuk sekedar bisa menarik nafas yang sama pada detik berikutnya, kecuali dengan izin Allah Ta’ala. Sesungguhnya takdir jualah yang menuntunmu hingga di titik ini.
Begitu pula yang terjadi pada kedua orang tuamu, dimana benih cinta dipersatukan dalam sebuah ikatan yang sakral. Hingga Allah Ta’ala pula yang menyirami dan menumbuhkembangkan benih suci dari buah kasih itu bersama hujan cinta-Nya. Menjaga serta merawat ukhti dari detik ke detik dalam pelukan rahim kasih sayang. Lalu waktu pun terus berlalu sampai tiba sebuah hari saat semua orang disekeliling berharap-harap cemas menanti kehadiranmu.
Kehadiranmu yang sangat membahagiakan benar-benar sebagai ujian dan cobaan semata. Dengan ilmu-Nya, Allah Ta’ala percayakan engkau dalam asuhan orang tuamu. Maka, kau pun harus paham bahwa untuk mengemban amanah berat itu memerlukan suatu proses serta cara yang tepat. Agar ketika tiba waktunya nanti untuk mempertanggungjawabkan ukhti dihadapan-Nya, kedua orangtua ukhti bisa tersenyum sekaligus membanggakan dirimu.
Sekuntum bunga telah mekar…
Ukhti, hari ini telah mengantarmu pada kedewasaan yang begitu mempesona. Masa berganti rupa dan usia menapak dewasa. Tak terasa kau telah tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Di depan sana, gerbang dunia luar terbuka lebar telah siap menyambutmu dengan segenap kegenitan serta gemerlap yang menggoda. Sungguh, melepaskanmu ditengah masyarakat yang begitu awam dengan cinta-Nya, selalu membuat orangtuamu bimbang. Menyadari bahwa taring-taring tajam kehidupan yang mengangga itu selalu siap menerkammu, memaksa orang tua ukhti untuk sekali lagi mengingatkanmu. Tapi ukhti pun harus tetap melangkah ke depan, karena itu perhatikanlah segala fenomena di sekelilingmu yang bisa membuatmu kalah oleh kehidupan.
Realitas saat ini…
Ukhti, engkau hidup pada akhir zaman. Sebuah zaman dimana waktu dan tempat telah menjadi dimensi yang tak terbatas. Tak ada yang tak diketahui oleh siapapun tentang sesuatu yang sedang terjadi di belahan bumi lain pada saat yang bersamaan. Berbagai macam teknologi telah memungkinkan siapapun untuk menyampaikan apa yang diinginkannya pada orang lain, termasuk fasilitas informasi serta telekomunikasi yang telah berkembang sedemikian cepatnya. Telepon genggam, televisi, sampai dengan internet telah menjadi sarana umum dalam menyebarkan informasi sekaligus propanganda. Arus informasi yang berasal dari berbagai macam sumber dan kepentingan akan sangat mudah membentuk kepribadian serta pola pikir, apabila engkau tidak memiliki filter yang kuat. Belum lagi dengan fenomena kemunculan media-media cetak tak bermoral yang semakin hari semakin mudah ditemukan di jalanan. Majalah, surat kabar, tabloid sampai dengan komik dan novel yang berjejer manis cuma berisikan cerita-cerita hasutan bagi jiwa serta impian semu. Dan itu bisa sangat mudah untuk ukhti dapatkan disetiap tempat.
Engkau pun harus mengerti ukhti, bahwa masyarakat yang ada disekitarmu tidak semuanya adalah orang-orang yang memahami dan menjalankan kehidupannya berlandaskan aqidah yang benar, kebanyakan masyarakat sekitarmu adalah sekumpulan orang-orang yang awam atau bahkan orang-orang yang “sakit”. Masyarakat yang tampak baik-baik saja kelihatannya, itu sebenarnya adalah sebuah bangunan rapuh yang bisa setiap saat dihempaskan dengan mudah bahkan oleh tiupan angin sekalipun.
Ketika banyak orang mengidolakan tokoh tertentu, artis, bintang film, politisi serta olahragawan yang notabene merupakan orang-orang yang mungkin belum pernah bisa merasakan makna hidup sejati, belum pernah merasakan manisnya beriman. Maka, perlahan namun pasti sebuah peradaban telah bergeser saat nilai-nilai agama serta pola pikir yang sehat terancam keberadaannya, untuk kemudian digantikan oleh sebuah tatanan serta nilai-nilai baru seperti paham sekuralisme, pruralisme, hedonisme, materialisme serta free sex yang merupakan “produk gagal” dari negara asalnya.
Besarnya angka kriminalitas, semakin tingginya tingkat depresi serta keresahan yang tak tersembuhkan di kalangan masyarakat barat adalah bukti-bukti nyata sekaligus efek langsung dari penerapan dari semua isme-isme tersebut. Dan ketika menyadari bahwa tatanan tersebut telah gagal, kemudian mereka justru berlomba-lomba untuk mencari “pasar” baru bagi ide-ide buruk agar laju perekonomian serta rencana besar yang mereka susun tetap bisa berjalan sesuai rencana. Itulah ukhti, yang sering kita lihat disekeliling kita saat ini. Wajah barat yang ditiru habis-habisan oleh sebagian besar anak muda. Citra “maju, modern dan gaul” cukup ampuh untuk menarik remaja saat ini, maka hati-hatilah ukhti.
Ukhti Muslimah…
Kemanapun langkah akan engkau bawa, sesungguhnya bumi yang terpijak akan selalu menjadi saksi bagimu kelak di hari perhitungan. Tatkala godaan dan rayuan dunia semakin hari jelas semakin berat akan engkau temui kelak di kemudian hari. Maka, selalu ingatlah bahwa ukhti adalah bagian dari komunitas makhluk mulia yang diciptakan sempurna. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin : 4).
Ukhti, firman Allah Ta’ala tadi cukup jelas maknanya…bahwa manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya makhluk, manusia diberi akal agar bisa berfikir. Berfikir bahwa keberadaan ukhti di dunia ini untuk menyembah dan beribadah hanya kepada Allah Ta’ala saja. Dalam perjalanan hidupmu yang bakal engkau tempuh, akan banyak sekali godaan serta tipu daya setan yang tanpa kenal lelah berusaha untuk merayumu. Para setan itu tak akan pernah menyerah sampai tercapai apa yang mereka inginkan. Dengan kondisi masyarakat yang “awam dan sakit” seperti ini, maka sudah sepantasnyalah engkau turut serta memperbaikinya, jangan sampai engkau justru ikut menjadi “sakit”.
Jadi seberat apapun godaan dan rintangan yang akan ukhti hadapi kelak di sepanjang perjalanan hidupmu nanti, maka sesungguhnya Allah Ta’ala pun telah memberikan jalan kemudahan dan keselamatan bagi setiap umatnya, yaitu berpegang teguhlah kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah menurut pemahaman para salafusshalih walaupun banyak yang telah meninggalkannya. Jika ukhti mampu melakukan, maka ukhti akan mudah pula melakukan seperti yang dipesankan dalam mutiara kata diatas, dan ukhti insyaAllah menjadi muslimah yang sholihah. Amien.
Sumber :
- Sebab Mekarmu Hanya Sekali, Haikal Hira Habibillah, Pustaka al-Sofwa.
- informasimuslim.com
Komentar
Posting Komentar