Uji Praktikum Biologi Sistem Pencernaan Hewan
Kata Pengantar
Alhamdulillahi
Rabbil Alamin.
Puji syukur
Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkatNyalah sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan hasil pratikum ini. Tak lupa pula kita kirimkan
shalawat dan salam atas junjungan Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari
Alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang
Dalam penyusunan
laporan hasil pratikum ini tentu saja jauh dari kesempurnaan. Kerena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan perbaikan tugas
ini.
Akhirnya, kepada
seluruh pihak yang turut memberikan partisipasi dalam terwujudnya hasil
pratikum ini, tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
Mudah-mudahan
laporan pratikum ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan untuk penelitian
lebih lanjut.
Penulis
(Kelompok VI)
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem
pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah sistem organ dalam hewan
multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu
hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Pada dasarnya
sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di sepanjang saluran
pencernaan (bahasa Inggris: gastrointestinal tract) dan dibagi menjadi 3
bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga
lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi di
dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.
Struktur alat
pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi
rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada
hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan
secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata
sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara
ekstrasel.[2]Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati
macam-macam sistem pencernaan pada kelas, reptil, aves, mamalia.
B.
TUJUAN PEMBEDAHAN
Tujuan dilakukan pembedahan adalah
untuk mengetahui sistem pernafasan dan sistem pencernaan di setiap hewan yang
kita bedah (reptil, aves, mamalia).
BAB II PEMBAHASAN
Sistem
pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah sistem organ dalam hewan
multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu
hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Secara spesifik,
sistem pencernaan berfungsi untuk mengambil makanan, memecah nya menjadi
molekul nutrisi yang lebih kecil, menyerap molekul tersebut ke dalam alirah
darah, kemudian membersihkan tubuh dari sisa pencernaan [1].
organ yang
termasuk dalam sistem pencernaan terbagi menjadi dua kelompok:
A. Saluran pencernaan
Saluran
pencernaan merupakan saluran yang kontinyu berupa tabung yang dikelilingi otot.
Saluran pencernaan mencerna makanan, memecah nya menjadi bagian yang lebih
kecil dan menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah. Organ-organ yang
termasuk di dalam nya adalah : mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus
serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar tubuh melalui
anus.
B. Organ pencernaan tambahan (aksesoris)
Organ pencernaan
tambahan ini berfungsi untuk membantu saluran pencernaan dalam melakukan
kerjanya. Gigi dan lidah terdapat dalam rongga mulut, kantung empedu serta
kelenjar pencernaan akan dihubungkan kepada saluran pencernaan melalui sebuah
saluran. Kelenjar pencernaan tambahan akan memproduksi sekret yang
berkontribusi dalam pemecahan bahan makanan. Gigi, lidah, kantung empedu,
beberapa kelenjar pencernaan seperti kelenjar ludah, hati dan pankreas.
Alat respirasi
pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang
berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, dan paruparu buku, bahkan ada beberapa
organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung
dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera, dan
coelenterata. Pada ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan melalui
rongga tubuh.
BAB III METODE
PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT :
·
2
buah pinset
·
2
buah pisau bedah
·
2
buah gunting bedah
·
6
buah pentul
·
talang
bedah
·
spoit
·
masker
·
sarung
tangan
·
kapas
·
obat
bius
2. BAHAN :
·
1
ekor tikus putih
·
1
ekor cicak
·
1
ekor anak ayam
B. PROSES PENGERJAAN
1. MAMALIA
A. Materi
Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah talang bedah, gunting, pinset, pisau, dan
jarum pentul.
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah seekor Cavia porcellus (Marmut/tikus).
B. Metode
Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Sebelum
dilakukan pembedahan, Marmut dibius terlebih dahulu.
2. Rambut-rambut
pada bagian ventral dibasahi agar waktu pembedahan rambut-rambut tersebut tidak
beterbangan.
3. Kulit dipotong
mulai dari posterior di muka penis atau clitoris menuju ke anterior mengikuti
garis medio ventral badan sampai ke ujung mandibulla.
4. Kulit dibuka
ke samping sampai otot-otot daerah abdomen dan thorax terlihat.
5. Pembedahan
daerah abdomen dimulai dari daerah inguinal menuju anterior mengikuti garis
medan badan kemudian dilanjutkan ke lateral menyusuri diafragma sehingga otot
daerah abdomen dapat dikuakkan dan organ-organ yang ada pada rongga abdomen
dapat terlihat.
6. Organ-organ
yang terlihat diamati dan dituliskan sebagai keterangan pada gambar yang ada
pada diktat praktikum.
C. PEMBAHASAN
Mamalia adalah
vertebrata yang tubuhnya tertutupi oleh rambut. Kelenjar mamae dipunyai oleh
hewan betina yang tumbuh baik untuk menyusui anaknya. Anggota gerak depan dapat
bermodifikasi untuk berlari, menggali lubang, berenang dan terbang. Kulit
marmut terdapat kelenjar keringat dan kelenjar minyak (Brotowidjoyo, 1990).
Mamalia dibedakan atas caput, truncus dan cauda. Caput dihubungkan dengan
truncus oleh leher, rongga thoraic dan carvum pericardi. Skeleton humanium
dapat dibagi dalam skeleton trunci, cingulum membri inferioris dan skeleton
membri liberi (Radiopoetro, 1990).
Cavia porcellus
menurut Moment (1967) dan Djuhanda (1981) termasuk ordo rodentia yang merupakan
anggota mamalia yang bagian caecumnya berkembang lebih baik dari semua mamalia
yang ada dalam satu spesies, jumlahnya kira-kira mencapai tiga ribu jenis.
Sistem pernafasan yaitu trachea, glottis, laring. Glotis adalah lubang masuk
dari faring ke trachea. Pangkal trachea yang melebar seperti kotak dinamakan
larings. Bagian ini tidak hanya untuk lewatnya udara saja, tetapi juga berguna
sebagai alat suara.
Sistem
pencernaan pada marmut antara lain terdiri atas oesophagus, lambung dan usus,
dengan oesophagus terletak di sebelah dorsal dari trachea, melewati rongga dada
kemudian menembus diafragma untuk masuk masuk ke lambung. Lambung terletak di
belakang diafragma sebelah kiri rongga abdomen, usus terletak sesudah lambung,
dapat dibedakan menjadi usus halus dan usus kasar, usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum yang batasnya tidak dapat dibedakan.
Lambung dan duodenum dihubungkan dengan suatu lubang yang disebut pilorus yang
dindingnya terdiri dari otot sfingster yang dapat membuka dan menutup,
sedangkan usus kasar terdiri dari caecum, colon dan rectum, serta berakhir pada
anus (Djuhanda, 1980).
Marmut termasuk
mamalia, yaitu hewan yang memiliki kelenjar mamae untuk menyusui anaknya
sebagai makanan pertama setelah mereka dilahirkan. Ciri lain yang khas dari
mamalia adalah tubuhnya dilindungi oleh rambut, kulit mengandung bermacam-macam
kelenjar, jari kaki mempunyai cakar, kuku, dan telapak. Kaki beradaptasi untuk
berjalan, memanjat, menggali tanah, loncat.
Marmot merupakan hewan berdarah panas (Brotowidjoyo, 1993).
Marmut (Cavia
porcellus) merupakan hewan pentadactil (memiliki jari-jari yang bercakar),
lengan bawah dapat pronasi dan suprinasi. Hewan ini tidak berekor dan glandula
mamae untuk menyusui anaknya. Uterusnya bertipe dupleks, merupakan tipe yang
paling primitif dimana bagian kanan dan kiri uterus terpisah oleh adanya vagina
pada hewan betina (Radiopoetro, 1986).
Cavia porcellus
memiliki sistem urogenitalia yang terdiri dari sistem urinaria dan sitem
genitalia. Menurut Walter dan Sayles (1959) salah satu alat ekskresi pada
mamalia adalah ginjal yang disebut metanerfos. Jumlah nefron pada mamalia
sangat besar, laju metabolisme yang tinggi menghasilkan limbah yang besar.
Tubulus yang menghasilkan urin mengalir ke dalam ureter yang berkembang sebagai
suatu pertumbuhan dari saluran arkinefrik. Urutan evolusi ginjal adalah
holonefros, opistonefros, dan metanefros. Perkembangan embrio mammalia terdapat
mesoderm nefrogenik (mesoderm ginjal) timbul di sebelah dorsal sepanjang embrio,
tetapi hanya bagian paling belakang yang berkembang menjadi metanefros dewasa.
Sistem genitalia
Cavia porcellus jantan dibangun oleh sepasang testis yang bentuknya bulat telur
berwarna putih, terletak dalam rongga perut. Epididymis terdiri dari caput, corpus,
cauda epididymis. Ductus deferens berupa saluran berjalan disebelah dorsal dari
kantung urine dan bermuara pada ductus spermatikus yang terdapat pada batang
penis. Sepasang papilla mammae (muara glandula mammae) terletak diantara kaki
belakangnya, namun pada hewan jantan, glandula mammae tidak melakukan sekresi.
Bagian belakang penis terdapat lekuk pirenium yang merupakan lekukan yang dalam
dan nampak selalu kotor. Lekuk ini merupakan tempat bermuara kelenjar bau yang
digunakan sebagai tanda pengenal spesies dan hedonik atau pemikat lawan jenis.
Sistem genitalia betina pada marmut tersusun atas beberapa organ, yaitu
ovarium, tuba falopi, oviduct (Weichert, 1984).
Sistem urinaria
dibangun oleh sepasang ginjal yang berwarna merah tua, berbentuk seperti kacang,
terletak di daerah lumbar sebelah dorsal dari rongga abdomen dan saluran
pelepasan yang merupakan bagian medial ginjal berupa hilus tempat keluarnya
urine. Kelanjutan dari ginjal adalah ureter saluran yang bermuara pada vesica
urinaria aitu tempat penampungan urine sementara yang akhirnya urin akan dikeluarkan melalui uretra
(ductus urospermatika) keluar tubuh (Jasin, 1989).
2. AVES
A. Materi
Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum kali ini adalah talang, pisau (cutter),gunting,
pinset dan jarum pentul;.
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah seekor anak ayam.
B. Metode
Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Anak ayam dibius
terlebih dahulu, sebelum melakukan percobaan.
2. Bulu daerah
leher, dada, dan perut dibasahi, kemudian bulu-bulu tersebut dicukur.
3. Kulit yang
membalut daerah dada, leher, dan tembolok dicukur.
4. Pembedahan
dilanjutkan sepanjang carina sterni dengan menggunakan cutter. Gallus gallus
domesticus dikuak sejauh mungkin. Bagian-bagiannya diamati.
5.
Bagian perut dibedah untuk mengamati organ dalamnya dimulai dari depan kloaka
menuju ke depan ke kanan dan kiri bagian sternum dengan memotong rusuk-rusuk
sampai ke tulang fruktura.
6. Organ yang
terlihat diamati dan dituliskan sebagai keterangan pada gambar yang ada pada
diktat praktikum.
C. PEMBAHASAN
Anak ayam
merupakan salah satu anggota dari clasis aves. Tubuh burung dibedakan
berdasarkan atas caput (kepala), truncus (badan) dan cauda (ekor. Ekstrimitas
posterior berupa kaki , otot daging, paha kuat, sedangkan pada bagian bawah
kaki bersisik dan bercakar .
Ayam merupakan
class yang paling homogen dikenali dari semua class tetrapoda. Burung tidak
begitu banyak berbeda dengan reptilia yang menjadi nenek moyangnya. Bulu
merupakan struktur khusus yang penting untuk burung sebagai penerbang dan hanya
kelas inilah dalam subphylum vertebrata yang mencapai keberhasilan
menggabungkan sifat bipedal dengan terbang (Hildebran, 1995).
Sistem
pencernaan pada aves terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Saluran pencernaan terdiri dari paruh (rostum), cavum oris, farink,
kerongkongan, tembolok, lambung kelenjar, lambung pengunyah, jejunum, ileum,
rectum dan kloaka. Kelenjar pencernaan terdiri atas kelenjar pencernaan ludah,
hati, dan pankreas. Sistem pernafasan terdiri dari saluran pernafasan dan
paru-paru. Paru-paru burung ini mempunyai kantung udara (sakus pneumatikus)
yang berguna membantu pernafasan saat terbang (Djuhanda, 1984).
Sistem respirasi
pada Gallus gallus domesticus terdiri atas trachea yang melanjut sebagai dua
buah bronchi pada siring (alat suara). Paru-paru dilengkapi dengan
kantung-kantung udara (ada sembilan buah, empat berpasangan dan satu median).
Fase aktif respirasi itu adalah ekspirasi dan fase inspirasinya yaitu inhalasi
(Brotowijaya, 1990).
Sistem
pencernaan pada ayam terdiri dari oesophagus, proventriculus, duodenum,
jejunum, ileum, rectum serta kloaka. Sistem urogenitalnya tersusun atas
organ-organ seperti ginjal, saluran uerter yang bermuara pada kloaka. Saluran
pencernaan dari lambung merpati meliputi oeshophagus yang dibagian tengahnya
pada pangkal leher melebar menjadi tembolok, sedangkan lambung terbagi menjadi
dua, lambung kelenjar dan lambung otot. Duodenum berbentuk seperti huruf U dan
dibagian proksimal dan distalnya terdapat pankreas, ductus pankreatisi bermuara
ke duodenum bagian distal yang membawa empedu dari hati langsung ke dalam
saluran pencernaan. Jejunum dan ileum yaitu usus halus sesudah duodenum, batas
bagian-bagiannya tidak nyata, rectum adalah usus kasar yang bermuara di kloaka
(Walter and Sayles, 1959).
3. REPTIL
A. Materi
Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah talang, pinset, pisau, gunting bedah dan
jarum pentul.
Bahan yang
digunakan adalah cicak/kadal .
B. Metode
Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Kadal yang
sudah dibius menggunakan obat bius, kemudian di letakan pada talang.
2. Bagian kepala
langsung di amati tanpa di lakukan pembedahan terlebih dahulu.
3. Pembedahan
dimulai dengan pengguntingan di depan lubang kloaka ke sisi kiri dan kanan
tubuh kearah depan melewati kaki sampai ke tengah rahang bawah.
4. Bagian-
bagian dari kadal diamati dan dicatat pada gambar yang sudah di sediakan dengan
di dampingi asisten.
C. PEMBAHASAN
Kadal tergolong
ordo squamata yang mencakup 6.000 species yang masih hidup. Kadal yang memiliki
sub-ordo lacertilian mencakup kira-kira 180 species dan sekitar 20 genus yang
tersebar di seluruh Eropa, Asia, dan Afrika. Kebanyakan kadal merupakan
penghuni permukaan tanah, meskipun sebagian memiliki kebiasaan memanjat pada
pepohonan maupun bebatuan (Djuhanda, 1982).
Warna sisik pada
tubuhnya tergantung dari umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis tubuhnya.
Kadal jantan memiliki kepala yang besar dari kepala betina. Ekornya secara khas
mirip cambuk dan bentuknya bulat dan panjang meruncing ke ujungnya dan mudah
putus. Perbedaan antara kadal betina dan kadal jantan adalah pada kadal jantan
terdapat sepasang testis, sedangkan pada kadal betina memiliki ovarium. Kadal
jantan testis yang sebelah kiri lebih tinggi daripada testis yang sebelah
kanan, sepasang ginjal dan hemipenis. Kadal betina memiliki sepasang ostium
tuba, oviduct, dan ovarium (Bratowidjoyo, 1993).
Sistem
pencernaan kadal dibangun oleh kelenjar racun dari kelenjar saliva. Mulut
mamalia mengeluarkan cairan enzim pencernaan. Modifikasi racun saliva terdapat
2 perbedaan racun, tergantung pada jenis kadal (Moment, 1967).
Paru-paru kadal
sudah berkembang baik dan ukurannya cukup besar. Bagian sirkulasi kadal berupa jantung yang dibungkus membran
transparan (pericardium) dan dibatasi oleh endokardium. Sistem respiratoria
terdiri dari struktur yang terletak diantara nostril dan paru-paru yaitu
glottis dan laring (Parker dan Hanswell, 1962).
Respirasi
dimulai dengan masuknya udara ke nares externa kemudian masuk ke nares interna
melalui glottis sebagai celah lingua menuju ke laring. Laring tersusun atas
tiga buah tulang rawan dan berisi beberapa pasang pita suara. Menuju trakhea
yang bercabang menjadi dua bronchi yang kemudian masing-masing menuju paru-paru
(Jasin, 1989).
Sistem
urogenital kadal terdiri dari sepasang ginjal, dari ginjal keluar ureter yang
bermuara di kloaka. Pada pangkal ureter terdapat vesica urinaria. Organ
urogenital jantan terdiri atas sepasang testis, epidermis, vas deferens, dan
sepasang hemipenis. Hemipenis merupakan alat kopulasi yaitu untuk memasukkan
sperma dalam tubuh kadal betina, sehingga kadal jantan mengadakan fertilisasi internal
(Jasin,1989)
Rahang pada
mulut kadal bermacam-macam bentuknya sesuai dengan bentuk dan ukuran giginya.
Ekskresi kadal adalah semisolid seperti burung dan kebanyakan reptil lainnya.
Kadal jantan mempunyai 2 hemipenis yang terletak di samping kloaka (Storer dan
Usinger, 1961).
Hasil pengamatan
kadal (Mabouya multifasciata) jantan didapatkan bahwa pada kulit kadal terdapat
squamae epididimis. Hal itu sesuai dengan pernyataan Radiopoetra (1997), bahwa
squamae pada kadal berbentuk tanduk dan terletak pada lapisan dernal yang
menulang. Lapisan terluar dari integumentum yang menanduk tidak mengandung
sel-sel saraf dan pembuluhan darah, bagian inti mati, dan lama-lama akan
mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinitasi, lapisan keratin
ini ikut hilang apabila kadal berganti kulit.
BAB IV
PEMBAHASAN
TABEL PENGAMATAN
HEWAN
|
PERBEDAAN
|
||
JENIS
KELAMIN
|
ORGAN-ORGAN
TUBUH
|
HAL-HAL
YANG MENARIK YANG DI TEMUKAN
|
|
1.
TIKUS
|
Berjenis
kelamin betina
|
Jantung,
paru-paru, lambung, usus besar, usus halus, hati, pancreas, ginjal, kantong
kemih, dan alat reproduksi
|
- Tikus
memiliki diafragma yang berfungsi memisahkan antara rongga dada dan rongga
perut.
- Posisi
lambung, hati dan pangkreas itu saling berdekatan
|
2.
AYAM
|
Berjenis
kelamin jantan
|
Jantung,
paru-paru, hati, diafragma, empedu, pangkreas, usus besar, usus halus,
ginjal, anus, kapiler-kapiler darah, dan renktum.
|
-
Ayam memiliki dua usus buntu dan memiliki satu usus besar.
-
Ayam juga memiliki empedu (otot lambung) yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sisa-sisa makanan, dimana didalamnya terdapat seperti sayatan
pisau yang bekerja secara mekanik dan kimiawi.
|
3.
CICAK
|
Berjenis
kelamin betina
|
Jantung,
paru-paru, gijal, empedu, hati, usus halus, usus besar, dan telur
|
-
semua organnya memanjang termasuk hati dan ginjalnya.
-
kaki cicak itu memiliki senyawa yang dapat melekat pada dinding.
|
BAB V PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
praktikum dengan cara pembedahan kami dapat menyimpulkan bahwa ternyata sistem
pernafasan dan sistem pencernaan pada hewan itu berbeda-beda, dari segi bentuk
dan fungsi masing-masing. Sistem pencernaan mamalia, aves, dan reptile itu
berbeda yang di sebabkan oleh makan mereka.
B.
SARAN
Untuk melakukan pembedahan awal pada
hewan sebaiknya dilakukan terlebih dahulu dibagian bawah didekat anus/bagian
atas didekat kepala untuk menghindari organ-organ yang akan rusak pada hewan
yang akan dibedah. Selain itu kebersihan dan kesterilan dari alat-alat juga
harus dijaga.
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
·
http://cikhacikhun.blogspot.com/
LAMPIRAN
.
Komentar
Posting Komentar